YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 26 September 2013

Pemikiran Sehabis Mandi: MOS, Senioritas dan Bullying

Wassup guys??? I'm back! Kali ini gue akan membahas kejamnya yang namanya senioritas di lingkungan sekolah. Sebelum ke inti cerita, gue akan kasih tau dulu definisi senioritas. Senioritas adalah keadaan dimana kakak kelas atau siapa pun yang umurnya di atas lo, akan merasa selalu benar. Dan dimana-mana berlaku '1. Senior selalu benar; 2. Jika senior salah, kembali ke no. 1". Basi banget gak sih?

Pasti lo pernah ngerasain yang namanya MOS entah itu SMP, SMA, atau malah kuliah. Dan buat kalian yang kelewat aktif, kalian malah jadi pantia MOS. Tapi sebenernya apa sih tujuan dari MOS? Ada gak efeknya ke para junior? Dan apa motif di belakang "biar si junior tau peraturan disini"? Semurni itukah? Yakin nih gak ada motif balas dendam? Well, if you say yes, f**k you, it's just a BULLSHIT! Yah, mungkin ada 1 dari sekian banyak orang yang murni dengan motif mendidik si adik, tapi apakah benar setulus itu? Toh, dia bukan siapa-siapa kita. Kenal juga enggak. Apa sebaik itu? Sama adik kandung sendiri aja belum tentu akur.

I don't get what the point of MOS. Arti dari MOS itu sendiri adalah Masa Orientasi Siswa, masa dimana siswa baru SEHARUSNYA diperkenalkan ke lingkungan sekolah barunya. Masa dimana siswa belajar mempelajari tata peraturan baru yang berlaku. BUKAN masa dimana disuruh bawa barang-barang ajaib yang gak masuk akal. FOR WHAT?!

Contoh kecilnya aja, barang-barang ini wajib ada di  MOS bahkan dari jaman orang tua kita! Rambut dikuncir sesuai nomor sekolah. Misal SMA 13, ya dikuncir 13. Yang kasian kalo SMA 112, nah loh? Gimana ceritanya? Belum lagi kaos kaki bola beda warna kanan kiri. Terus tas dari karung goni. Topi kerucut, balon dan name tag dengan bentuk yang aneh. Ini semua tuh buat apa? Sirkus? Apa manfaatnya?! Gue pengen nanya deh buat yang pernah jadi pantitia MOS yang baca post ini, tolong kalian beri satu alasan kenapa barang bawaan MOS itu gak jelas dan gak masuk akal? Dan apa manfaat dari barang-barang itu? Apakah barang-barang itu sejenis barang dari kantong ajaib Doraemon yang bisa dipergunakan sesuka hati? Feel free to leave your comment!

Hal lain yang gue gak ngerti adalah, kita diizinkan bawa makanan, tapi menu makanannya dari panitia. Terus apakah kita bisa makan dengan bebasnya? DEFINITELY NO! Harus pake table manner. Sendok nyamperin mulut, gak boleh ngecap, gak boleh bersisa, gak boleh bunyi sendok dan garpu bersentuhan, dan tangan gak boleh di meja. Ini sih masuk akal ya. Selanjutnya yang gak masuk akal, makannya dibatesin waktu. Berapa menit? 3 menit? Makan apa sih 3 menit? Menurut info yang pernah gue baca dari mbah Google, sekali suap itu minimal 32x kunyahan. 32x kunyahan itu sekitar 20-25 detik tergantung orangnya. 3 menit = 180 detik. Dengan kunyahan 20 detik, kita cuma bisa makan 9 suap. 1 piring itu bisa menampung 15 suap. Apa yang kita lakukan kalo gak habis? Dihukum pastinya! Logikanya gini deh, lo makan diburu-buru, pas gak habis dimarahin dan disuruh abisin. Siapa sih yang bisa nikmatin makanan dalam waktu 3 menit tanpa enek? Jika 3 menit dirasa kelamaan, si senior pasti akan menurunkan waktunya jadi 1 menit. Ini gimana caranya ngabisin nasi dengan durasi yang hampir sama kaya orang kentut?? Fungsi makan cepet-cepet ini apa sih? Makan itu untuk dinikmati, walaupun akhirnya jadi tai juga. Apa gak kasian sama organ pencernaan kita yang dipaksa untuk bekerja lebih keras dan lebih cepat dari biasanya? Efeknya tentu saja sakit perut dan boker-boker yang tak ada hentinya.

Selain itu, menu dari makanannya juga aneh. Selain disarukan dengan kata-kata yang janggal kaya 'sayur ketek' (sayur asem), dsb. Kebanyakan menu MOS ini gak tahan lama, alias cepet basi. Tujuan mereka mungkin baik menyuruh kita bawa lauk, sayur dan buah biar gak seret, tapi mereka gak tau masa expired makanan tersebut. Sering banget kita disuruh bawa sayur bayam, tapi apakah kalian tau kalo bayam gak tahan sampe 6 jam? Terus apakah ini jadi alasan supaya kita gak memakannya? Enggak, mau gak mau, enak gak enak, harus dihabisin! Padahal menurut info yang gue kutip dari situs ikiopo.com, diantara kandungan gizi bayam ada fe2+ yang bisa berubah jadi racun kalo teroksidasi dengan fe3+. Bayam gak bisa dimasak lebih dari 6 jam karena senyawa nitrat di dalam bayam dapat berubah jadi racun bagi tubuh dan mengakibatkan sel darah di tubuh kita gak bisa mengikat oksigen. Ini menyebabkan sel tubuh kita kekurangan oksigen. Serem kan? Kalo kita keracunan, apakah mereka mau tanggung jawab? Pfft.. Fuck no! Yang ngeluarin biaya rumah sakit ujung-ujungnya orang tua. Seharusnya kaya gini bisa dituntut nih panitianya. Panitianya harus patungan bayar rumah sakitnya tuh. Belum lagi buah-buahan yang keburu layu dan lembek. Iyuwhhh.... 

Belum lagi ditambah omelan, caci maki, dan kata-kata kasar dari kakak kelas. Ada aja yang jadi bahan makian. Kaya semua hal yang kita lakuin tuh salah. Kalo kata Raisa sih Serba Salah. Padahal ini nih yang justru bakal membekas dan ngerusak psikis adik kelasnya. Om gue, pas jaman MOS nya pernah dibully dengan kata-kata yang sangat nyelekit, hasilnya? Dia mogok sekolah! Sampe akhirnya ibunya (nenek gue) dateng ke sekolah dan menuntut panitia MOS. Mereka pun dateng dan minta maaf ke rumah om gue. 

Contoh lainnya, waktu gue MOS SMA, temen gue ada yang pernah izin minta maaf karena dia gak bawa makan siang. Alasannya cukup simpel, yaitu gak ada yang bantuin nyiapin perbekalannya karena ibunya sudah meninggal. Gue sendiri memaklumi anak ini. Kita disuruh nyampe di sekolah jam setengah 6 pagi, ditambah barang bawaan yang super ribet dan dibedain tiap harinya, plus makan siang. Jika si anak ini sibuk dengan barang bawaan yang super ribet, dan gak sempet masak, wajar kan? Lalu apa respon si kakak kelas? Begini kira-kira percakapannya:
Junior: "Kak, izin, maaf kak tapi saya gak bawa makan siang."
Senior: "Kenapa kamu gak bawa, hah?!" *teriak gak nyantai*
Junior: "Saya gak sempet masaknya, kak. Ibu saya udah meninggal jadi gak ada yang bantuin bikinin masakannya."
Senior: "Eh! Saya gak peduli ibu kamu udah meninggal atau apa, kalo udah ditugasin ya bawa! Catet tuh yang gak bawa makan!" *nyolot setengah mampus, dan gak nurunin nada suaranya*
Dan si junior duduk dengan lemas karena dikasih peringatan.

At that time, I was like "WHAAAAAAT?!?!!!". Ini orang udah kelas 3 SMA, tapi gak mikir kali ya gimana perasaan adik kelasnya? Okelah kalo emang cuma drama, biar juniornya takut. Tapi apa harus selebay itu? For this person, I just wanna say, "Fuck you, dude! I know you have complete parents, you're also rich. But is this make sense? You don't know how it feels to lost your mother. Well, someday you'll feel it!". Apakah mereka yang jadi panitia MOS pernah berpikir apa efek psikis dari hal yang kalian lakukan? I'M 100% SURE, YOU DON'T. Mereka hanya melampiaskan balas dendam dari angkatan-angkatan selanjutnya. Dan ini tidak akan berakhir jika tidak ada yang mengakhiri.

Itu mungkin belum seberapa. Di beberapa sekolah (Alhamdulillah, bukan di sekolah gue) malah menggunakan fisik. Mulai dari yang cukup ringan seperti push up, sit up, lari, dsb. Sampai ke hal-hal yang kasar, seperti nampar, nendang, mukul. Bahkan gak jarang ada kasus kematian. Lalu apa yang terjadi? Kalian mungkin sudah bisa menebak kelanjutannya, si senior tentu saja masuk penjara. Dan gue akan dengan sangat hati ketawa di depannya, di depan keluarganya, di depan teman-temannya. Apa dia gak berpikir, apa yang dia lakukan menghilangkan kesempatan sesorang untuk hidup? Tentu saja tidak! Dia hanya melakukan itu untuk kesenangan. Melihat orang kesakitan itu menyenangkan kan? Pas nyiksa si junior, dia ketawa-tawa. Pas si junior menghembuskan nyawa terakhir, dia cuma bisa diam dan saling menyalahkan dengan teman-temennya. Menyesal? Entahlah.

Inget bro, sist, karma does exist. Apa yang lo lakukan baik itu jahat atau pun baik, bakal ada ganjarannya. Jadi jika salah satu dari kalian punya anak, dan anak kalian mendapat MOS yang super duper nyiksa, jangan keluh. Jalani aja, toh kalian melakukan hal yang sama pada anak orang dulunya. Jangan jadi orang tua yang tukang ngadu, MOS nya berat dikit aja, datengin sekolahnya, complain, "Pak, MOS nya jangan ribet-ribet kenapa? Kasian anak sayanya. Lagian pasti kan ibunya juga ikut repo.". Lah situ gak mikir gimana ngerepotin anak dan ibu orang lain dulu?

Sebenernya dari hal-hal negatif di atas, kita bisa dapet postifnya juga sih walaupun sedikit. Kayak, bisa jadi motivasi gitu. Misal, kakak kelas lo masuk PTN lewat jalur undangan, lo jadi terpacu juga buat dapetin undangan. Itu doang sih yang bisa gue pikirin kalo ditanya efek positif senioritas.

Well, karena post ini sudah sangat panjang, gue akan menyudahinya. Good bye! XD

Sabtu, 14 September 2013

Pemikiran Sehabis Mandi: Pernikahan

Sudah lama ya gak ngepos? Hoho maaf... Waktu tersita banyak sekali. Sekarang gue udah kelas XI btw! Horeeee!!!! Dan gue masuk IPS setelah perjuangan dan pergulatan yang cukup panjang. Tapi dipostingan ini gue tidak akan membahas masalah penjurusan, atau pun kelas baru gue. Ada sesuatu yg lebih penting daripada itu. Yaitu............................................. Pernikahan.

Kenapa pernikahan? Jadi gue, seperti biasa, sedang slek sama bokap. Gue mandi terus wudhu buat nenangin diri. Dilanjutkan sholat setelah. Selama gue mandi ini, gue menarik suatu kesimpulan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang mengerikan.

Kok gitu put? Ya, setelah gue amati, hidup berumah tangga itu nyiksa sebenernya. Lo berkomitmen. Lo gak bebas, lo terikat sama orang yang sama sampe akhir hidup lo. Lo harus berbagi, harus mencari uang buat kehidupan (dan tentu harus membaginya lagi), dan harus membesarkan anak. Bete gak sih? Lo terjebak dalam rutinitas yang sama, dan harus berlaku sesuai gender lo. Kalo perempuan ya masak, ngurus rumah, beberes. Kalo lo laki-laki, lo harus kerja, nyari duit buat ngidupin anak istri. Lo gak bisa ngabisin duit lo buat sekedar seneng2 buat diri sendiri. 

Nah yang paling susah tentu saja menyatukan 2 keluarga besar yang berbeda. 2 keluarga yang belum tentu punya visi misi yang sama. Yang nikah tuh bukan cuma lo doang. Keluarga besar lo mau gak mau harus menyambung tali silahturahmi baru. Menyambukan itu bukan sesuatu yang gampang coy! Padahal pandangan hidup keluarga lo sendiri aja belum tentu sama. Gak usah jauh-jauh, keluarga om lo, sama keluarga lo atau sama keluarga tante lo, pasti cara pandangnya beda2. Atau ruang lingkup lebih kecil lagi nih, pandangan ibu lo sama bapak lo, pasti ada bedanya!

Makanya, gue gak kaget ngeliat banyak orang jaman sekarang yang masih lajang walaupun umurnya udah tua. Karena mereka takut terikat. Takut gak bebas. Takut harus membagi duitnya satu sama lain. Belum lagi kalo misalnya penghasilannya gak seberapa, pasti disinisin mertua. Yah, gimana juga pasti orang tua mau yang terbaik bibit, bobot, bebet buat anaknya lah ya. Mereka yang masih melajang, masih mau ngerasain dunia sebelum dikekang sama yang namanya komitmen.

Jadi ya sebenernya gak salah juga kalo alasan sebuah perceraian adalah, udah gak ada kecocokan. Gimana gak cocok, waktu berubah, orang juga pasti berubah, cara berpikirnya pun berubah. Nah ini yg bikin gak ketemu ujungnya. Yang awalnya adem ayem bahagia, ketika bertemu ketidak cocokan, mereka bingung menyelesaikannya. Walaupun pada dasarnya gue tidak membenarkan juga orang-orang yang terlalu sering nikah dan bercerai. Tapi sesuatu yang sudah gak klop, gak bisa dipaksakan. Kecuali, kalo si pasangan satunya ikut merubah pola pikirnya. Atau mungkin selain alasan di atas, ada yang namanya rasa bosan. Gimana gak bosan yak, bangun tidur liat itu orang, mau tidur liat itu orang lagi. Dan ini dilakukan tiap hari selama 24 jam, sampai batas waktu yg tidak bisa ditentukan. Jenuh? Pasti ada.

Dengan adanya hal ini, mau gak mau, si anak jg harus mengerti kondisi ortunya. Kalo gak cocok, mau gimana lagi? Oke lah, mungkin si anak akan merasa kurang perhatian karena gak punya ortu yang lengkap seperti teman-temannya. Tapi apakah itu benar untuk dijadikan alasan buat ngebandel? Enggak! 

Sekarang gue tanya, emang punya ortu yang lengkap, tapi kerjaannya berantem terus, bakal ngejamin diperhatiin 24 jam? Emang punya ortu lengkap, tapi kerjaannya banting-banting piring dan ngeluarin semua kata-kata kebun binatang, bakal disayang terus? Atau yang paling ironis, emang punya ortu yang lengkap, hubungannya adem ayem aja, tapi sibuk sama kerjaan, bisa lo menjamin bahagia? Enggak kan? 

Gimana kalo mereka tiap hari teriak-teriakan di rumah, banting semua barang, bahkan ngerusak kuping tetangga juga, karena itu semua emang udah gak ada kecocokan diantara mereka, sampai hal-hal terkecil pun gak klop! Apa gak lebih baik pisah aja? Toh, lo juga gak dapet perhatian, ortu lu juga berantakan. Tambah sakit hati kan?

Mungkin awalnya bakal sedih atau sakit. Gimana enggak, kan kehilangan salah satu dari orang tua, tapi lama kelamaan pasti terbiasa. Lo kan gak selamanya berlarut-larut pada kesedihan yang sama. Time heals pain, dude! You gotta move on!

Oh ya, ada satu hal yang mengganjal juga, yaitu, kenapa temen2 gue, belum lulus SMA aja udah mikirin nikah? Bahkan mereka pernah bilang, "Eh, gue males sekolah nih. Pengennya cepet2 lulus terus nikah. Terus jalan-jalan sama suami gue keliling dunia. Gue nya gak perlu kerja gitu, yang ngebiayain suami gue". Ya kali hidup lo semulus itu. Bukan merendahkan atau apa, bermimpi atau berkhayal itu boleh. Tapi gak usah terlalu kejauhan. Pikirin aja dulu yang dalam jangka waktu dekat, kaya mau kuliah dimana, atau fakultas apa. Gak usah mikirin nikah dulu!

Gue aja gak pernah terlintas pemikiran untuk segera nikah. Mungkin faktor karena ibu gue juga. Beliau nikah umur 27. Tante gue, adiknya ibu, sampe umur 33 tahun pun belum menikah. Jadi gue gak pernah kepikiran untuk berumah tangga. 

Lagian gue masih punya banyak cita-cita yang belum terkabul disamping cuma menikah dan berada di dapur. Gue pengen lulus UN dan SNMPTN, lalu masuk dan lulus kuliah S1 di-insya Allah-UI. Jurusannya Fakultas Ilmu Komunikasi. Gue pengen kerja sebagai wartawan. Atau apa aja deh yang penting di stasiun TV atau redaksi majalah. Yang penting bisa ngeliput berita sambil keliling dunia. Terus selebihnya kalo diijinkan Allah SWT, gue pengen ambil S2 di luar negeri. Sekalian nyicipin hidup di negeri orang dan menjadi pemeluk agama minoritas di sana. Itu sebuah tantangan pastinya! Amin! Doakan aku ya! ;)

Nah, kalo ditanya, "Lo mau menikah gak put?", gue sebenernya bingung jawabnya. Di satu sisi, gue takut dan gak mau, sama seperti apa yang gue jelaskan di atas. Dan gue pun paling males yang namanya ngurus anak. Ngurus kucing aja gak telaten, gimana anak, yang notabene adalah titipan Allah SWT? 

Tapi disisi lain gue mau dan harus. Maunya, karena pasti lo dapet pendamping, dapet temen buat ngobrol berbagi suka duka. Dan mendapat pengalaman-pengalaman baru lainnya. Tapi kalo lama kelamaan yang diobrolin atau yang dilakukan gak pernah nyambung atau malah membosankan? Apa gak basi juga? Itu sih ujung-ujungnya kembali ke bahasan gue yang di atas -_- 

Yang harus adalah, dalam agama gue, kita semua diwajibkan untuk menikah. Karena Allah sudah menciptakan mahlukNya secara berpasang-pasangan. Dengan kata lain, ada orang di luar sana yang akan menjadi pasangan gue (Mungkin pembaca postingan ini?). Kita juga diharuskan untuk melanjutkan keterununan. Kalo yang ini sih sebenernya 1 atau 5 orang sekali pun yang gak mau menikah juga gak masalah. Malah bisa menekan angka pertumbuhan penduduk. Hehehe..... Just kidding, but seriously!

Gue pun sudah menjelaskan semua ini ke ibu dan ayah. Ibu adalah orang yang open minded. Kata beliau terserah gue nya aja. Walaupun dia pasti menginginkan cucu dari putri pertamanya suatu saat nanti. Tapi kalo pun akhirnya gue memilih untuk tidak menikah, ibu cuma ngasih tau, kalo Allah itu mewajibkan kita untuk menikah. Dan sesuatu yang wajib itu bakal dosa kalo dilarang. Sedangkan ayah... Ayah agak susah nih. Beliau masih agak kolot. Tapi beliau cukup menerima perbedaan. Pas tau gue takut, beliau nanya alasannya kenapa, lalu beliau ngasih solusinya. Beliau sangat tidak menginginkan gue untuk sampe tidak menikah. Beliau pengen ngeliat gue dipelaminan, katanya sih biar sekalian dipamerin ke temen-temen kantornya. 

Well... Berbuhung postingannya udah panjang banget. Gue udahan dulu dah. Byeeeee!!!!

Note : Btw, gue tidak mengalami kejadian seperti yang di atas. Maaf banget jika gak sesuai atau malah menyinggung perasaan orang-orang yang mengalami hal-hal gak enak tersebut. Alhamdulillah, walaupun keluarga gue juga sebenernya gak mulus-mulus amat, dan banyak kerikilnya bahkan kadang ada batu segede batu kali, tapi dalam jumlah yang wajar/. Untungnya masih baik2 aja, gak sampai pisah. Cuma gue lagi kepikiran aja, gimana kalo itu terjadi sama gue? Semoga aja enggak. Semoga aja cuma maut yang memisahkan ibu sama ayah. Tsaaah... Gue juga lagi mikirin perasaan temen-temen gue diluar sana yang kebetulan keharmonisan keluarganya gak seberuntung gue. Jadi mohon maaf yang sebesar-besarnya jika gue salah dan gak sesuai sama kalian. m(_ _)m <--- emot maaf ceritanya *fail* -_-